Indonesia Mengikuti Riset untuk Gabungan Penemuan Obat Korona

Peneliti Indonesia berpartisipasi dalam penyelidikan bersama dalam penemuan obat untuk Corona (Covid-19), diikuti oleh beberapa peneliti dari seluruh dunia di bawah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mempercepat proses pengujian klinis. Dunia Politik Dan Ekonomi
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Siswanto, dalam pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta pada hari Selasa, menjelaskan bahwa Kementerian Kesehatan menyatakan kesediaan Indonesia untuk bergabung dengan tes solidaritas, sebuah studi bersama yang mempercepat penemuan obat mahkota.
Read More: Saling menyalahkan meningkat antara AS dan Cina melalui disinformasi coronavirus
Siswanto mengatakan bahwa Indonesia pada awalnya berpartisipasi dalam penyelidikan bersama untuk menguji satu jenis obat, tetapi berdasarkan hasil diskusi tambahan dengan WHO, Indonesia kini siap untuk berpartisipasi dalam pencarian empat terapi obat alternatif yang dikembangkan oleh WHO. Politik Indonesia
“Indonesia siap berpartisipasi aktif dalam penelitian empat terapi mahkota alternatif dalam uji solidaritas WHO.” Melalui partisipasi aktif ini, diharapkan alternatif terbaik dalam perawatan pasien COVID-19 akan segera ditemukan di Indonesia, “katanya. Disebut Siswanto.
Politik dalam dan luar negeri, Selain Indonesia, ada lebih dari 45 negara yang berpartisipasi dalam penyelidikan. Perwakilan WHO untuk Indonesia, dr. Navaratnasamy Paranietharan menyambut baik keinginan Indonesia, yang melihat Indonesia sebagai kontribusi penting bagi upaya global untuk mempercepat penemuan obat-obatan yang efektif dalam perawatan mahkota. Ekonomi Indonesia
Solidarity Trial adalah program WHO untuk melakukan uji klinis dari empat terapi alternatif yang dilakukan sejauh ini, yaitu remdesivir, kombinasi lopinavir atau ritonavir, kombinasi lopinavir atau ritonavir plus interferon (ß1b), dan klorokuin.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan uji klinis yang lebih kuat dan lebih valid pada kemanjuran dan keamanan terbaik pasien dengan mahkota. Studi bersama ini secara khusus dirancang untuk mempersingkat waktu yang diperlukan untuk menghasilkan bukti yang jelas dari empat terapi alternatif tanpa mengabaikan prinsip-prinsip praktik klinis yang baik (CUKB / GCP).
Untuk memastikan bahwa uji solidaritas dilaksanakan di Indonesia sesuai dengan standar, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan terlibat langsung dalam mengoordinasikan pelaksanaan penelitian ini. (*)